Sunday, May 09, 2010

Sang junior
































hayoooo anak siapa ini????? :p

mereka yang berbahagia :)



inilah wajah mereka yang berbahagia ketika menemukan pasangan hidupnya...meski tidak sempat menghadiri, tapi doaku selalu untuk kalian teman2ku :p

ketika kami bertemu





sudah genap 4 tahun kami berpisah...masing-masing menuju aktivitasnya yang baru...beberapa diantara kami juga ada di dalam media atau perusahaan yang sama (jodoh kali ya hehheheh)..sesekali kami juga saling bertemu satu sama lain...mungkin karena jumlah kami yang tidak terlalu banyak saat itu maka keterikatan satu sama lain lebih besar...

jadi, beginilah ketika beberapa diantara kami bertemu....

ketika mereka pergi....

dalam perjalanan lebih dari 4 tahun berpisah..kami telah kehilangan tiga personil yang pernah bergabung dengan merdeka yang meninggal dunia karena sakit, yakni mas syamsil redaktur, winardi foto, dan mas yulianto redaktur juga.

mas syamsil, meninggal dunia akibat sakit hepatitis B yang diidapnya sejak lama...sebagai salah satu mantan anak buahnya saya mengenalnya sebagai sosok yang ceria, lucu tapi juga pemberontak....ternyata kami sempat 3 kali dalam media yang sama. yaitu di koran reporter yang saya jalani hanya sekitar 2 minggu, koran merdeka sebelum beliau hengkang ke koran TopSkor, dan di koran Goal...masih ingat jelas di telinga saya ketika dia berkata sambil jongkok disamping kursi saya di Wisma Penta..."Gw mau pindah mi ke koran olahraga, karena bola itu jiwa gw, sejak dulu gw pengen jadi pemain bola tapi gak kesampean," itu kata-katanya saat dia hendak resign...

masih ingat juga dengan julukan dia memanggil salah satu awak redaksi di Merdeka dengan sebutan "Bimbim Slank" sambil nyengir dia bilang lo mau liat bimbim slank gak? tanyanya sambil menunjuk seseorang dan berkata nohhh , yang bikin saya tertawa tak henti2 saat itu....

dengan mas winardi saya tidak terlalu dekat tapi sempat terjadi konflik kecil antara kami...dia adalah sosok yang keras, jawa nya kental dan karena dia juga lah saya membuat milis ini dengan ceplisgroup...karena istilah dia yang selalu menggunakan kata ceplisssss untuk hal apapun dan memanggil siapapun...meski keras, namun mbah yang satu ini tampaknya agak segan pada saya karena saya memang terhitung judes saat itu (saat ini juga sih heheheh), sehingga setiap kali dia marah lantas melihat saya, sikapnya pasti langsung berubah hehehhehehe....setelah itu dia lebih sering menggoda saya dan menasehati agar saya tidak terlalu galak dan pemarah... :)

terakhir mas yulianto....walaupun hanya sebentar bergabung di Merdeka, mantan redaktur ekonomi yang duduknya disamping saya ini sejak awal masuk sering mengganggu kenyamanan orang lain karena bicaranya yang kencang sekali....namun tak ada yang berani protes, kecuali (lagi-lagi saya) heheheh....tapi sikap protes itu justru bikin dia menjadi sering sengaja mengganggu saya...dari mulai tampang saya yang suka dipasang jutek, sampai baju yang setiap hari saya kenakan....mas kawan, begitu kami memanggil karena kebiasaannya yang menyebut kawan pada semua orang...

saya ingat suatu hari saya memakai baju warna ungu...mas kawan yang punya panggilan khusus yakni maya kepada saya (yang kemudian diwaris oleh mas andri tjitra panggilan itu) bilang may koq pake baju ungu sih kayak warna janda aja...saat itu saya langsung mencak2 dan ninggalin dia di mejanya dengan muka dia masih cengar-cengir gak jelas hehehhehe...bahkan waktu dia hendak pamit pindah kerja, saya salah satu dari sedikit rekan yangd ia hubungi secara pribadi untuk berpamitan...saat itu dia janji akan membelikan saya dan hanna es krim baskin robbins yang akhirnya disepakati mas andry yang akan gantinya (tapi sampai skrg belum yah mass andryyy)....setelah dia pndah pun masih beberapa kali dia menghubungi saya...

dari ketiga teman yang sudah pergi ini, pada umumnya pasti memiliki kenangan tersendiri bagi kita semua termasuk saya...meski seringkali saya marah dan kesal dengan mereka, namun kabar kepergian mereka merupakan kabar yang menyedihkan karena harus kehilangan teman2 yang menganggap hubungan kami sebagai teman bukan sekedar antara jabatan struktural yang umumnya terjadi dibeberapa perusahaan lain...

selamat tinggal mas yulianto, mas syamsil dan mas winardi...semoga amal ibadah kalian diterima Allah SWT...amiiinn...


terimakasih sudah menjadi bagian dalam hidup saya....

Thursday, August 31, 2006

Pernikahan Hanna

"Pernikahan adalah sebuah ikatan suci dan perjanjian yang kokoh, pangilan fitrah dan seruan syariah. Dengan pernikahan tercipta rasa cinta, kasih sayang dan ketenangan. Dengan pernikahan pula dihimpunkan jiwa yang kusut, dipersatukan hati yang tercerai dan diharapkan lahirnya anak keturunan. Maka, keutamaan pernikahan sungguh beragam dan keberkahannya sangat bermacam. Di antara perkara-perkara yang menyebabkan hilangnya urgensitas pernikahan dan melenyapnya sebagian berkahnya adalah munculnya berbagai macam kesalahan dalam memahami makna pernikahan dan banyaknya kelalaian dalam menempuh jalan menuju ke sana"

27 Agustus 2006, Hanna Prabandari dan Viragandi Briliantoro, menikah dengan pemberkatan di GBI Kenisah BRI II pukul 14.00wib hingga 16.00wib. Dilanjutkan dengan resepsi pernikahan di galerry of art Bella Rosa, Kemang Jakarta Selatan. Persiapan selama 1 tahun itu, akhirnya terlaksana sudah. Hanna saat hari bersejarahnya itu mengenakan kebaya putih dan Didi dengan jas hitamnya, kelihatan bahagia. Meski capek :) mereka tetep ketawa dan senyum2 aja dari pagi (pegel ya :p).
Semoga dalam babak baru kali ini, mereka bisa menjadi pasangan yang bahagia terus, dan bisa awet sampe maut memisahkan.

Monday, July 10, 2006

opini soal tutupnya merdeka

MERDEKA - newspaper bukan sekadar berita tapi sebuah jiwaPT Pers Indonesia Merdeka1 Oktober 1945Rp 1,500/copyJl. Kebon Sirih 65, Jakarta 10340t: (021) 398-36488 (hunting)f: (021) 314-9562, 315-2940e: [EMAIL PROTECTED]CE: Wina Armada SukardiME: Ritno Hendro Irianto

Jumat malam, 24 Juni 2005 pukul 22.00 WIB, aku terima 'sandek' (pesan pendek)melalui seluler alias SMS dari seorang wartawan TEMPO yang isinya cukup mengejutkan: "Harian MERDEKA berhenti terbit!" Antara percaya dan tidak percaya, aku pun langsung mengontak beberapa teman di harian yang dirintis oleh almarhum BM Diah sejak 1 Oktober 1945 itu - sekadar konfirmasi. Namun ponsel mereka tak aktif. Setengah jam kemudian baru bisa tersambung. Rupanya para awak MERDEKA baru selesai rapat marathon dengan jajaran direksi PT Pers Indonesia Merdeka.Akhirnya aku yakin, berita ditutupnya MERDEKA itu ternyata memang benar adanya. Sedih juga mendengarnya. Sayangnya, aku tak bisa mengorek banyak informasi karenasituasi dan suasana yang tak memungkinkan untuk bertanya-tanya lebih rinci. Bayangkan saja, ada seorang wartawan MERDEKA yang bingung karena anaknya lagi sakit keras, sedangkan ia belum tahu akan dapat pesangon atau tidak. Bayang-bayang muram pasti menghantui mereka semua: dengan ditutupnya koran yang selama ini mampu menghidupi keluarga mereka, selanjutnya akan bekerja dimana? Bagaimana kiat mencari uang halal agar kuali di dapur tak terbalik? Masih adakah secercah cahaya di esok hari buat mereka yang bernasib malang?Kenapa kabar ditutupnya MERDEKA itu buatku 'cukup mengejutkan', bukan 'amat mengejutkan'? Yah, karena sebelumnya aku sudah punya firasat bahwa koran ini takkan panjang usia. Pertama, berdasarkan pemantauan dari hari ke hari, pemasang iklannya amat minim. Menurutku, tampilanMERDEKA tak jelek-jelek amat, bahkan lebih 'kinclong' dibandingkan saatdikelola keluarga BM Diah. Namun 'kekinclongan' itu agaknya tak mampumenggerakkan hati para biro iklan dan pemilik produk/jasa untuk pasang iklan disana.Kedua, sejak seminggu lalu pak loper koran tak lagi mengantar MERDEKA tiap pagi. Pada 21 Juni lalu aku sempat bersua dengan wartawan MERDEKA bung Muhamad Isnainidi sebuah acara, namun ia tak bercerita apa-apa. Begitu pula saat aku ber-smsdan bere-mail ria dengan mbak Amor di bagian iklan, ia juga tak bercerita bahwakorannya mau tutup. Ini kali keempat media cetak yang digawangi Wina Armada Sukardi tersebut harus berakhir tragis: menghunjam berkalang kubur. Pertama harian PRIORITAS, kedua majalah NEO, ketiga tabloid BINTANG MILLENIA, dan keempat harian MERDEKA. Semoga tak ada yang kelima dan seterusnya. Untunglah, MATRA sempat tertolong oleh 'gerojokan' duitnya Bu Sri. Bagaimana dengan majalah FEMALE? Akankah bernasib serupa? Apakah surutnya pamor bisnis Wina terkait dengan 'lengsernya' sang kakak - Laksamana Sukardi - dari kursi menteri? Apakah bank-bank tak mau lagi mengucurkan pinjaman karena ia bukan lagi adik si menteri? Walahualam.Menurutku, Wina tak punya 'sentuhan Midas' di bisnis media. Terlalu banyak media yang mau ia kelola, namun tak fokus. Belum lagi kesibukannya memproduksi berbagai judul film layar lebar yang sebagian 'jeblok' di pasaran. Padahal trend pebisnis di zaman kini kan musti fokus, fokus, fokus! Lain cerita kalau seluruh bisnis yang dilakoninya itu sudah 'moncer', nongkrong di puncak Menara Babil - minimal masuk SWA 100 atau FORTUNE 500. Yah, ini pelajaran berharga buat kita semua. Waspada, waspada, waspada! Oleh Radityo Djadjoeri,

Jakartae: [EMAIL PROTECTED]-------Komentar dari Indiah Sari - Ideaplus Productions,

Jakartae: [EMAIL PROTECTED]Saya ikut prihatin dan berduka dengan berita penutupankoran MERDEKA. Di banyak pekerjaan saya berhubungan denganrekan-rekan pers, koran MERDEKA adalah salah satu yang kooperatif. Saya berharap semoga penutupan ini tidak lama. Semoga akan ada investor yang berkenan untuk membangkitkan kembali media ini.------

Komentar dari Mangkue: [EMAIL PROTECTED]Saya bisa membayangkan perasaan temen-temen wartawan Harian Merdeka.Beberapa tahun lalu koran tempat saya bekerja juga tutup. Ingin saya sampaikan semoga teman-teman di harian Merdeka tabah. Payahnya, kadang-kadang kita harus berjuang cukup alot untuk sekadar mendapatkan pesangon ala kadarnya. Cuma untuk sekadar bertahan sampai dapat pekerjaan baru.

Komentar dari H.D. Haryo Sasongkoe: [EMAIL PROTECTED]Saya kira, ini karena gaya manajemen yang itu-itu juga sejak BM Diah & Herawati Diah: (1) Terlalu rendah dalam memberikan honor penulis. Saya (Merdeka yang dulu) pernah dikomentari ketika mau ambil honor tulisan saya: "Lho, sudah dimuat saja untung, kok minta honor...!" (2) Sangat diskriminatif dengan penulis. Hanya lingkungannya sendiri yang tulisannya dimuat. Bahkan wartawannya ikut menjadi penulis, fotonya nampang dipajang. Mirip koran onani. (3). Isinya tidak mampu mengantisipasi kebutuhan pembaca. Koran MERDEKA yang sekarang baru wafat itu kualitas manajemennya sama dengan MERDEKA yang dulu (sehingga banyak yang rame-rame pergi bikin RAKYAT MERDEKA). Dan juga sama dengan yang lebih dulu lagi (era BM Diah). Koran "perjuangan" yang tak perlu uang, tak perlu pembaca, tak butuh iklan. Cetak sendiri, baca sendiri. Padahal, bikin koran itu bisnis, bukan revolusi perjuangan seperti MERDEKA yang pertama kali terbit pada 1 Oktober 1945.

Komentar Richard Y. Susilo e: [EMAIL PROTECTED]Anda punya email dan nomor ponsel Wina Armada? Dia sahabatku satu tempat kerja saat kita di PRIORITAS dulu.

detik-detik penutupan














awak redaksi in action

Katanya sih, awak redaksi eks Merdeka paling hebat, gimana nggak mereka bisa kerja garap satu koran, dengan hanya sekitar 20 orang aja. (jangan-jangan turunan jin semua). bahkan, rata-rata satu orang punya tanggung jawab satu halaman. Meskipun beraaaaaaat banget, tapi ternyata mereka-mereka mau juga ngejalaninnya (entah karena loyalitas sama perusahaan, atau mungkin karena demi gaji setiap bulannya :>). Yang pasti, meskipun setiap harinya sibuk sama deadline, tapi yang namanya ngebanyol, ngeguyon, selalu ada setiap harinya. malahan, urusan nonton BF rame-rame atas prakarsa Odonk gak pernah ketinggalan (Pintu teater 2 telah dibuka, bagi yang telah memiliki iket diharap menuju kepojokan. Itu kata mr Odonk setiap kali aksinya dimulai). Selain itu, meskipun muka udah berlipet sepuluh karena dikejar deadline, kalau urusan mau difoto sih, mereka yang rata-rata narsis ini langsung say cheese and action deh. weleh weleh, deadline woiii para buruh pabrik tahu !!!!!